“
Dear Dairy, hari ini ulang tahunku yang ke lima belas. Aku hanya ingin ayahku
berubah sikap kepada ibu. Aku ingin ayahku tidak mengambil uang ibu terus. Aku
ingin ayah bisa menyayangi aku, adikku dan ibu. Tapi semua itu apa akan bisa,
melihat tingkah ayah yang setiap hari mabuk-mabukan dan selalu pulang malam.
Sampai sepetang ini aja ayah belum pulang. Ayah selalu mementingkan kepentingannya
sendiri, gak pernah sedikitpun mementingkan kepentingan keluarganya. Bahkan,
mungkin ayah lupa dengan hari ulang tahunku. Seperti tahun-tahun biasanya, ayah
selalu lupa, dan selalu pulang dengan bau yang penuh dengan alkohol. Huh, aku
harap doaku ini terkabulkan.” ratapan Dewi dalam buku dairynya.
“ Tok... tok... tok...” terdengar
suara ketukan pintu yang amat sangat keras dari dalam rumah. ” wah, itu pasti
ayah.”
“ Buka pintunya... !!!“ teriak pak
Tegar.
“ Ayah, ayah dah pulang. Iya yah,
tunggu sebentar...” sahut Dewi.
Dewipun
langsung keluar dari kamar dan membukakan pintu.
“
Lama banget bukain pintu aja, mana ibumu...!!”
“
Ibu lagi sholat tahajut, ayah tau gak hari ini hari apa. Aku ulang tahun yah.
Ulang tahunku yang ke lima belas yah. Ayah gak lupakan, ayah mabuk lagi ya.
Ayah kapan mau berubah, apa ayah mau kaya gini terus, jawab yah...?!”
“
Sudahlah, ayah ngantuk. Ayah mau tidur.” sahut Pak Tegar.
Mengapa
ayah belum juga berubah ya allah, capek
dengan ayah yang selalu kaya gini terus. Sudahlah, ayah memang gak pernah
sayang sama aku. Buat apa ngomong panjang lebar. Toh, gak didengerin juga,
malah jadi makan hati dan semakin benci aku sama tingkah lakunya ayah. Aku
benci ayah.